Sugeng Rawuh





Sunday, September 23, 2007

tsunami cilacap

Tepatnya sore hari. Saat jam menunjuk pada pukul 15.30 wib. Gempa tektonik berkekuatan 5,5-6,8 skala richter yang terjadi di selatan Pantai Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Jabar mengguncang Kabupaten Cilacap, Pangandaran, Kebumen dan beberapa wilayah di pantai selatan DIY, Jateng dan Jabar. Tak hanya itu, Tsunamipun datang mengiring. Gelombang air bah setinggi 3-5 meter menyapu daratan sekitar pantai Cilacap. Dengan membawa pasir dan lumpur. Ratusan perahu yang menjadi sandaran penghidupan masyarakat nelayan Cilacap hancur setelah sebelumnya terseret ombak sejauh ratusan meter.

Jumlah korban jiwa yang berjatuhan juga tidak sedikit. Hingga Selasa siang (18/7) tercatat 84 orang dipastikan tewas dan 54 orang hilang tak tentu rimbanya. Kepala Humas Kabupaten Cilacap Aris Munandar Selasa siang (18/7) menyebutkan, hingga Selasa siang, jumlah korban tewas mencapai 84 orang. Yang tersebar di empat kecamatan yakni kecamatan Binangun, Nusawungu, Adipala dan Kecamatan Cilacap Selatan. Wilayah pantai di daerah perkotaan. Belum lagi jika menghitung ratusan warga yang luka-luka dan rusaknya belasan bangunan dan fasilitas publik.”Di kawasan wisata pantai Widarapayung Adipala saja kerusakan fasilitas umum kami taksir mencapai Rp. 300 juta. Itupun baru kami inventarisir sebagian” kata Aris Munandar menjelaskan. Ketakutan akan Tsunami dan adanya gempa susulan membuat warga disekitar pantai mengungsi.

Sejak Senin sore (17/7) hingga tengah malam jalan-jalan dipenuhi pengungsi. Mereka berhamburan menyelamatkan diri ke arah Timur (jalan Cilacap-Yogyakarta) dan nampak memadati ruas-ruas jalan di sekitar daerah Buntu dan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Kebanyakan dari mereka telah berjalan kaki berpuluh-puluh kilo jauhnya. Banyak diantaranya yang kemudian melepas lelah di masjid, rumah penduduk atau emperan toko yang berjajar di sepanjang jalan. Budiono salah satunya, laki-laki yang bermata pencaharian sebagai nelayan ini telah berjalan kaki sejauh lima belas kilometer dengan keluarganya untuk mengungsi. “Kami mengikuti orang-orang mengungsi, yang penting selamat lebih dulu.” katanya dengan wajah masih panik. Hal sama juga bisa dijumpai di Purwokerto.

Ratusan warga dari beberapa desa di Cilacap menyelamatkan diri di pendopo kabupaten di Purwokerto. Purwokerto mereka anggap jauh lebih aman. “Disini jauh dari laut, tempatnya juga lebih tinggi. Mandhan (agak) tenang saja, jadi saya tidak terlalu khawatir.” kata salah seorang warga yang mengungsi.Rupanya lokasi di tempat yang lebih tinggi ini pula yang jadi pertimbangan bagi ribuan warga yang mengungsi di hamparan bukit Selok, desa Karang Benda Kec. Adipala. Meski mereka harus menahan dingin dialam terbuka di antara semak belukar dan pepohonan.

Ribuan warga di sekitar kota (kecamatan Cilacap Selatan) yang berdekatan dengan pantai memilih menyelamatkan diri di alun-alun Cilacap. Meski secara jarak hanya sekitar 3-4 kilometer arah selatan pantai. “Kami tidak tahu lagi harus kemana, jadi kami pasrah saja” kata Paiman (42 tahun) warga desa Kebon Baru yang mengungsi di pendopo.

Nasib Para Nelayan

“Saya belum tahu mau melakukan apa untuk besok” ujar Paiman lirih. Wajah bapak dengan empat orang anak ini nampak begitu kuyu saat bertutur tentang hari depan keluarganya. Paiman adalah saksi juga sekaligus korban dari amuk gempa dan tsunami. “Tidak terpikir kalau mau terjadi tsunami seperti ini, tadinya biasa-biasa saja .”katanya lebih lanjut.

Saat itu senin (17/7) sekitar pukul dua siang, Paiman bersama beberapa nelayan lainnya sedang mengais rejeki mengambil tumpahan minyak pertamina di laut. Yang belakangan ini menjadi sumber tambahan pendapatan nelayan. Setelah tangkapan ikan di laut mulai berkurang, karena kebocoran tangker pertamina pertamina beberapa waktu sebelumnya. “Saya pulang lebih dulu memang” kata Paiman. Sebab ada yang hendak membeli minyak yang ia dapatkan hari itu. “Awalnya air terlihat surut, tiba-tiba dari arah selatan ombak bergulung-gulung setinggi 5 meter. Saya dan beberapa orang lainnya buru-buru meloncat ke darat”tuturnya lagi. Beberapa saat setelah itu perahu berbahan fiber miliknya sudah lenyap tak berbekas.Hancur berbenturan dengan puluhan perahu besar lainnya yang terseret ombak.

Lain dengan Paiman yang karena gempa dan Tsunami harus kehilangan perahu seharga Rp. 15 juta miliknya. Slamet, 37 tahun, warga desa Bunton kec Adipala hampir terenggut nyawanya oleh Tsunami. Sebab jarak rumahnya dengan bibir pantai hanya sekitar 150 meter.” Untung air yang datang terhalang terhalang bekas galian pasir besi itu mas,” kata Slamet sembari menunjuk lokasi penggalian pasir besi yang ada di desanya. Ombak setinggi empat meter yang seharusnya langsung menyapu daratan, alhasil harus memutar mengikuti cerukan bekas galian dan masuk ke rawa-rawa. Menurutnya semula riak air laut hanya kecil-kecil kemudian terus membesar dan bergulung-gulung. “Sekitar pukul 15.30 ada tiga kali ledakan seperti bom. Kemudian air membesar dan naik ke daratan sampai seratus meter dari arah laut.” Di lokasi penggalian pasir menurutnya ada satu orang yang tewas. Yakni supir truk pengangkut pasir,sementara dua orang armadanya selamat. Karena truknya terbalik terjebak air dan tertimbun pasir. Slamet juga melihat dua pasang remaja dengan kendaraan bermotor hilang disapu ombak saat kejadian berlangsung.

Kepanikan akibat Tsunami bertambah lagi karena adanya gempa susulan. Salah seorang saksi dari kecamatan sama yang mengungsi di posko Al Hikmah Adipala menyebutkan kalau gempa susulan masih terus ada. “Sudah tiga kali ini. Pukul 21.00, 01.00 dan pukul 02.00 wib.”Samlawi, nelayan berumur 54 tahun malam itu hanya bisa menatap bangkai-bangkai kapal yang berserakan sepulangnya dari pos pengungsian di pedopo kabupaten Cilacap. “Kapal saya sudah tidak bisa melaut lagi,” katanya. Karena tak kecil biaya yang harus dikeluarkannya. Dengan ukuran kapalnya yang cukup besar paling tidak ia harus menghabiskan uang Rp. 40 juta untuk memperbaiki kapal lagi. Saat ombak pertama dating Samlawi sedang menguras air dari lambung kapalnya. ” Tiba-tiba ombak setinggi lima meteran datang, saya dan ratusan nelayan di tempat ini langsung lari pontang-panting menyelamatkan diri,” katanya. Samlawi menyatakan, dirinya sama sekali tidak menduga datangnya tsunami. ” Gempanya sih tidak besar tetapi tiba-tiba ombak yang datang besar sekali,” katanya.

Dentuman ombak baru berakhir pukul 03.00 WIB, Selasa (18/7). Akibat peristiwa itu sedikitnya dua ratus kapal compreng (sebutan kapal nelayan setempat) rusak berat. Besarnya ombak membuat membuat badan ratusan kapal yang diparkir berjajar terhempas dan saling bertumbukan. ” Tali tambatnya putus semua, kapal langsung terdorong dan bertabrakan,” ujar Bawor, 41 tahun, salah satu nelayan. Seperti Samlawi, bawor juga harus mengeluarkan uang sebanyak Rp. 15 juta untuk memperbaiki kapalnya yang berukuran lebih kecil. .” Bagaimana kami bisa memperoleh uang sebanyak itu? Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan,” kata Bawor.

Samlawi, Bawor dan ratusan nelayan lainnya, malam itu masih berada di atas jembatan pelabuhan Sentolokawat Cilacap melihat bangkai perahu mereka yang berserakan. Hari buruk sedang mereka alami. Rusaknya kapal dan jaring yang mereka miliki jadi sebuah beban yang teramat berat. Entah sampai kapan ribuan nelayan Cilacap harus menggantung jaringnya

Ancaman Bahaya Serangan Virus Tiada Henti


Ancaman Bahaya Serangan Virus Tiada Henti

CILACAP. Seperti ancaman lumpur panas Lapindo Brantas yang tak henti-hentinya, maka serangan virus sejak berjayanya rontokbro atau lebih dikenal virus brontok hingga kini makin tidak terkendali. Penyebaran virus melalui email belum mereda dengan ditunjang penyebaran melalui media flashdisk dan floppy disk.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab komputer mudah terserang virus antara lain :

1. Tidak semua pengguna memiliki kesadaran yang sama terhadap masalah virus padahal sudah jelas bahaya mengancam.

2. Tidak semua pengguna memiliki kemampuan/skill dalam berkomputer yang aman.

3. Institusi tidak memiliki tenaga IT/teknisi yang mencukupi.

4. Tenaga IT/teknisi mencukupi, tetapi tenaga dan waktunya sebagian besar tersita untuk mengatasi masalah virus.

5. Institusi menyerahkan perawatan komputer kepada pihak lain, namun terkendala anggaran perawatan yang terbatas.

6. Institusi memiliki anggaran cukup namun sudah dihabiskan saat dana turun tanpa menyisakan untuk biaya perawatan berkala, sehingga pada saat komputer membutuhkan biaya untuk perawatan dana sudah habis yang pada akhirnya komputer dibiarkan berjalan apa adanya bahkan tidak sedikit yang dibiarkan rusak.

Ancaman virus adalah serius. Untuk terhindar dari ancaman virus Anda tak perlu menjadi ahli virus. Pilih antivirus yang bermutu dan dites secara teratur oleh badan independen minimal 3 kali dalam setahun serta menyediakan Support yang siap setiap saat membantu Admin jika ada serangan virus, karena pada dasarnya antivirus selalu terlambat dibandingkan virus dan selalu ada kemungkinan antivirus yang terupdate untuk terinfeksi virus. (Vaksincom/Pelitasoft)
Kami ucapkan selamat datang di Website
" Andhy Triono "

sungguh besar rasa terima kasih kami karna anda telah bersedia untuk membuka web ini, dan kami minta sumbang saran agar web ini menjadi lebih baek lagi, karna kami menyadari web ini masih kurang sangat sempurna....sekali lagi matur nuwun